Pagi yang indah dan permai di ds Cinengah, Rongga, Bandung Barat tgl 1 Maret 2014, kami mempersiapkan sepeda dan kelengkapan masing2. Udara sejuk dan panorama pegunungan di ketinggian sekitar 900m dpl sungguh menggoda untuk segera gowes menuju curug Malela yang berjarak hanya 13km dari basecamp rumah bapak Iim ini.
Selesai menurunkan sepeda, setting dan periksa ulang seluruh perlengkapan, tanpa melupakan sesi foto, kamipun berdoa bersama dan mulai start gowes dengan diiringi lambaian tangan dari tuan rumah. Teringat sejenak menu sarapan tadi, ayam goreng, pepes ikan, sambal lalab serta krupuk yang merupakan menu khas priangan....dan ditutup dengan kopi panas sambil ngariung bersama keluarga tuan rumah dengan serunya....masih terasa sekali keramah tamahan khas Indonesia, khususnya suku sunda.
Dengan pengawalan 2 motor trail dan dipimpin marshal mas Al yang asli Aceh (kata DW lho), kami gowes dengan kecepatan sedang melewati beberapa pedesaan , Cinengah, Situ Gede dan berbelok ke kanan di pertigaan pasar Situ Gede. Dengan kontur yang naik turun diaspal yang cukup baik, sungguh nyaman awal dari trek ini. Pikiran melayang tentang perjalanan tengah malam tadi menuju basecamp. Jarak 50km antara Cimahi dan Cinengah musti ditempuh 4 jam..!! Dan sampainyapun jam 3 dinihari. Sungguh melelahkan.
Diselingi lambaian tangan anak2 kecil dikiri kanan kami dan sesi foto oleh kang Asep dkk, dengan lancar kami mencapai daerah pabrik teh Montaya. Hal ini ditandai dengan banyaknya pohon peneduh kiri kanan jalan yang berukuran besar, persis seperti yang kami lihat dari internet.
Tak lama kemudian mulai memasuki kawasan kebun teh yang indah. Dan, tentu saja dengan trek khas perkebunan teh berupa makadam. Dengan demikian speed gowes mulai turun menyesuaikan dengan medan. Teringat sebelum berangkat untuk membawa fullsus, baru agak menyesalinya sekarang karena justru membawa hardtail. Tetapi biar sajalah, toh semua teman2 yang berjumlah total 12 goweser ini menggunakan hardtail kecuali mas Anang yg menggunakan fullsus. Dengan pengalaman gowes menggunakan onthel sebelumnya, tentu dia sungguh menikmati trek ini dengan nyaman.
Hampir 1 jam melewati keindahan hamparan karpet hijau daun teh sejauh mata memandang dan menikmati kandungan oksigen kualitas tinggi (versi kawan DW yg saya lupa namanya, kalau ga salah mas Jayadi dweh), kami sampai di gerbang retribusi wisata curug Malela. Setelah diselesaikan secara adat oleh DW urusan tiket, kamipun melanjutkan perjalanan yang sudah tidak terlalu jauh lagi.
Sesampainya di area parkir, kamipun beristirahat sejenak sambil sebatang dan menikmati kopi panas dari warung yang ada disekitar. Hanya ada 2 warung yang ada, dan itupun sepertinya tidak ada menu nasi. Hmm...bagaimana menu makan siang nanti yah? Mengingat nikmatnya makan dinihari saat baru tiba di basecamp dan menu sarapan tadi pagi, mungkin kami akan makan siang dengan menu yang tidak nendang nih.....
Untungnya pertanyaan itu tidak bertahan lama karena kang Asep langsung melempar pertanyaan mengenai kapan mau makan siangnya, sebelum turun ke curug atau sekembalinya. Rupanya sudah disiapkan menu makan siangnya...!!! Langsung segar kembali pikiran hehehe...
Setelah selesai sebatang dan diputuskan untuk makan siang sekembalinya dari curug, kami melanjutkan turun dengan hiking karena medan yang sulit untuk digowes. Melewati jalan setapak semen yang sudah mulai rusak (katanya sering dilewati motor trail), dengan riang ceria penuh canda menikmati pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Dan dari kejauhan, tampaklah curug Malela berdiri dilembah sungai dengan gagahnya. Dan sesi foto dimulai lagi...teteuup...
Selewat setengah jalan, melintasi sedikit persawahan yang entah bagaimana orang bercocok tanam padi didaerah yang jauh dari perkampungan, memasuki jalan tanah berlumpur ditengah rimbunnya hutan alami mengarah sungai. Dengan tetap menggunakan sepatu cleat, suatu tantangan tersendiri melewati jalur ini, menurun tajam penuh lumpur yang sangat licin. Berdinding tebing sebelah kiri dan jurang menganga disebelah kanan, terbayang sudah perasaan Keepsex menapaki jalur ini. Maklum, phobia ketinggian. Dengan bergandengan tangan kami berhasil melewatinya dengan selamat dan sukses...dan gemuruh curug Malela mulai terdengar.
Akhirnya sampailah ditepi sungai Cicurug dimana curug Malela berada sekitar 50m dihulunya. Subhanallah...dengan berdiri diatas batu yang memang pas berfungsi sebagai titik pandang, ternyata curug Malela jauh lebih indah dibanding dengan melihat foto2nya saja di internet..!!! Air terjun berdinding lebar yang hampir seluruhnya tertutup curahan air dari atas, membuatnya disebut sebagai mini Niagara. Dan sesuai dengan harapan, saat ini debit air sangat pas untuk dinikmati keindahannya. Tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar. Terbayar sudah rasa letih kurang tidur dinihari tadi. Maklum, kami semua hanya sempat tidur 2 jam bahkan kurang.
Sedikit informasi, berdasarkan peta topografi, sungai yang jatuh sebagai Curug Malela setinggi lebih kurang 50 m dan lebar mencapai 70 m, adalah Cicurug. Toponimi sungai yang sesuai dengan sifat sungai ini yang banyak mempunyai air terjun. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng dengan bekas kaldera raksasanya yang berdiameter hampir 15 km. Dari gunung api yang terletak di sebelah barat Ciwidey yang telah mati ini mengalir jaringan Sungai Cidadap. Cidadap mengalir ke arah barat laut melalui Kecamatan Gununghalu menggerus rangkaian batuan keras yang umumnya berciri produk letusan gunung api tua.
Aliran Cidadap setelah melewati utara Bunijaya, kemudian mengalir dengan pola rektangular, yaitu suatu pola aliran sungai yang berbelok-belok secara tajam, bahkan tegak lurus. Alirannya ke arah barat yang kemudian bernama Cicurug mulai memasuki relief sangat terjal di suatu dataran tinggi yang dulu dinamakan Plateau Rongga.
Suatu keniscayaan bagi sungai yang mengalir di atas plateau untuk kemudian pola alirannya terganggu oleh air terjun yang bertingkat-tingkat. Itulah yang terjadi pada aliran Cicurug. Selain Curug Malela yang terbesar, ke arah hilir terdapat beberapa tingkat air terjun yang dinamakan Curug Katumiri dan Curug Ngebul, sebelum sungai ini bermuara ke Cisokan.
Relief terjal Plateau Rongga memberikan medan terjal dengan lembah-lembah membentuk huruf V yang berkemiringan lebih dari 100% atau bersudut lebih dari 45 derajat. Itulah mengapa pengistilahan “dataran tinggi” menjadi kurang tepat karena jika kita menuju wilayah ini, kita akan menghadapi jalan yang turun naik berkelok-kelok. Di atas plateau ini ketika sungai-sungainya mengerosi daerah secara vertikal, lereng-lereng lembah selain menciptakan medan yang terbatas untuk dijelajahi, tapi dari sisi yang lain menciptakan lanskap yang memesona mata.
Beberapa puncak plateau mencapai ketinggian di atas 1.000 m di atas muka laut rata-rata membuat udara pada Plateau Rongga umumnya sejuk. Tata guna lahan adalah perkebunan dan hutan. Sejak zaman Belanda, wilayah ini diperuntukkan bagi perkebunan teh yang sekarang dikelola oleh PTP Nusantara VIII Montaya.
Batuan yang membuat relief menjadi terjal dan kasar itu adalah batu breksi dan konglomerat berumur Miosen Atas, kira-kira diendapkan pada lingkungan peralihan darat dan laut pada waktu 10 hingga 5 juta tahun yang lalu. Sumbernya diperkirakan beberapa gunung api purbakala di selatan Jawa Barat yang aktif pada masa itu. Jenis batuan ini yang di Curug Malela sendiri tampak berlapis-lapis, bersifat sangat keras. Kesan yang timbul dari kerasnya batuan dapat dilihat dari morfologi batuannya yang memperlihatkan dinding-dinding tegak yang licin. Itulah yang nampak pada dinding Curug Malela yang terlihat begitu kokoh dan anggun.
Keanggunan air terjun yang dalam foto kecepatan rendah memberikan kesan seperti benang-benang sutra halus, tidak dimungkiri telah menawan hati dan pandangan mata siapa yang datang mengunjunginya. Jika tidak keburu lapar, kita akan seharian duduk tanpa bosan-bosannya menyaksikan fenomena alam yang luar biasa ini
Selanjutnya, sesi foto sepuasnya..!!! Ada yang berdiri diatas batu besar, ada yang menyeberang ketengah sungai dengan susah payah dan kerjasama beberapa dari kami. Foto dengan berbagai gaya, termasuk berderet bertelanjang dada, candid sambil nyengir, mencoba2 kamera smartphone baru sexperia nya (hehehehe ok banggeuD cak..!!), dan yang paling fenomenal adalah foto duyung bercangcut putih dalam berbagai gaya...iiih .....
Setelah berpuas2 diri dengan berfoto ria maupun menikmati keindahan mini Niagara ini, kami kembali keatas. Hari sudah mulai mendung, dan benar saja diperjalan kembali itu kami kehujanan, meskipun tidak terlalu deras. Dan syukur Alhamdulillah, di shelter ditengah perjalanan, kang Asep sudah menyediakan makan siang dengan menu nasi timbel komplit plit....Dan semakin nikmat ditutup dengan segelas kopi panas yang dibeli di satu2nya warung yang ada disitu dan sebatang...
Selesai makan siang, kami berkemas kembali dan melanjutkan hiking menuju parking area dimana sepeda2 kami dititipkan. Sebatang lagi, langsung kami lanjutkan gowes untuk kembali ke basecamp. Dan tidak dapat dihindari lagi, lebih dari setengah perjalanan gowes kembali itu kami diterpa hujan sepanjang jalan. Udara dingin, track makadam dan lumpur licin kami lahap dengan semangat, sampai2 beberapa dari kami terjatuh ...uuugh... Daaaan....CJ nyasar lumayan jauh... teteeeuup... Bagaimana bisa? Karena rupa2nya marshal dan voridjeer serta yang tahu jalan sudah ngacir jauh didepan, menyisakan sekelompok tertinggal dibelakang. Dan sialnya lagi, CJ selalu berada diluar kelompok depan dan belakang.....ck..ck..ck..
Setelah finish di basecamp dan mencuci sepeda, bersih2, ngupi dan sebatang, hidangan makan sore pun tersedia, masih panas pulak....Langsung hajar sampai lemesh.... Dan dari hasil rembukan akhirnya disepakati untuk malam ini kembali ke Jakarta. Gagal deh melanjutkan gowes ke kawah putih dan setu patengan di Ciwidey sana...hiks...tapi ok lah akan diatur lain waktu.
Selepas jam 8 malam, kami pamitan ke Pak Iim dan keluarganya untuk kembali ke Jakarta. Dengan penuh rasa terima kasih kami kembali berkendara melalui jalur Rongga – Cimahi yang melelahkan karena buruknya kondisi jalan. Meninggalkan kenangan yang luar biasa atas keindahan dan keelokan curug Malela dan keluarga Pak Iim yang ramah.
Catatan khusus untuk DL, DS, EY, CJ, PJ, terbayar sudah hutang curug Malela tahun lalu yaaa...
Untuk detail track dan fotonya silakan dilihat di website everytrail disini