Sabtu, 08 Maret 2014

Gowes Track Curug Malela

Pagi yang indah dan permai di ds Cinengah, Rongga, Bandung Barat tgl 1 Maret 2014, kami mempersiapkan sepeda dan kelengkapan masing2. Udara sejuk dan panorama pegunungan di ketinggian sekitar 900m dpl sungguh menggoda untuk segera gowes menuju curug Malela yang berjarak hanya 13km dari basecamp rumah bapak Iim ini.

Selesai menurunkan sepeda, setting dan periksa ulang seluruh perlengkapan, tanpa melupakan sesi foto, kamipun berdoa bersama dan mulai start gowes dengan diiringi lambaian tangan dari tuan rumah. Teringat sejenak menu sarapan tadi, ayam goreng, pepes ikan, sambal lalab serta krupuk yang merupakan menu khas priangan....dan ditutup dengan kopi panas sambil ngariung bersama keluarga tuan rumah dengan serunya....masih terasa sekali keramah tamahan khas Indonesia, khususnya suku sunda.

Dengan pengawalan 2 motor trail dan dipimpin marshal mas Al yang asli Aceh (kata DW lho), kami gowes dengan kecepatan sedang melewati beberapa pedesaan , Cinengah, Situ Gede dan berbelok ke kanan di pertigaan pasar Situ Gede. Dengan kontur yang naik turun diaspal yang cukup baik, sungguh nyaman awal dari trek ini. Pikiran melayang tentang perjalanan tengah malam tadi menuju basecamp. Jarak 50km antara Cimahi dan Cinengah musti ditempuh 4 jam..!! Dan sampainyapun jam 3 dinihari. Sungguh melelahkan.

Diselingi lambaian tangan anak2 kecil dikiri kanan kami dan sesi foto oleh kang Asep dkk, dengan lancar kami mencapai daerah pabrik teh Montaya. Hal ini ditandai dengan banyaknya pohon peneduh kiri kanan jalan yang berukuran besar, persis seperti yang kami lihat dari internet.

Tak lama kemudian mulai memasuki kawasan kebun teh yang indah. Dan, tentu saja dengan trek khas perkebunan teh berupa makadam. Dengan demikian speed gowes mulai turun menyesuaikan dengan medan. Teringat sebelum berangkat untuk membawa fullsus, baru agak menyesalinya sekarang karena justru membawa hardtail. Tetapi biar sajalah, toh semua teman2 yang berjumlah total 12 goweser ini menggunakan hardtail kecuali mas Anang yg menggunakan fullsus. Dengan pengalaman gowes menggunakan onthel sebelumnya, tentu dia sungguh menikmati trek ini dengan nyaman.

Hampir 1 jam melewati keindahan hamparan karpet hijau daun teh sejauh mata memandang dan menikmati kandungan oksigen kualitas tinggi (versi kawan DW yg saya lupa namanya, kalau ga salah mas Jayadi dweh), kami sampai di gerbang retribusi wisata curug Malela. Setelah diselesaikan secara adat oleh DW urusan tiket, kamipun melanjutkan perjalanan yang sudah tidak terlalu jauh lagi.

Sesampainya di area parkir, kamipun beristirahat sejenak sambil sebatang dan menikmati kopi panas dari warung yang ada disekitar. Hanya ada 2 warung yang ada, dan itupun sepertinya tidak ada menu nasi. Hmm...bagaimana menu makan siang nanti yah? Mengingat nikmatnya makan dinihari saat baru tiba di basecamp dan menu sarapan tadi pagi, mungkin kami akan makan siang dengan menu yang tidak nendang nih..... 

Untungnya pertanyaan itu tidak bertahan lama karena kang Asep langsung melempar pertanyaan mengenai kapan mau makan siangnya, sebelum turun ke curug atau sekembalinya. Rupanya sudah disiapkan menu makan siangnya...!!! Langsung segar kembali pikiran hehehe...

Setelah selesai sebatang dan diputuskan untuk makan siang sekembalinya dari curug, kami melanjutkan turun dengan hiking karena medan yang sulit untuk digowes. Melewati jalan setapak semen yang sudah mulai rusak (katanya sering dilewati motor trail), dengan riang ceria penuh canda menikmati pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Dan dari kejauhan, tampaklah curug Malela berdiri dilembah sungai dengan gagahnya. Dan sesi foto dimulai lagi...teteuup...

Selewat setengah jalan, melintasi sedikit persawahan yang entah bagaimana orang bercocok tanam padi didaerah yang jauh dari perkampungan, memasuki jalan tanah berlumpur ditengah rimbunnya hutan alami mengarah sungai. Dengan tetap menggunakan sepatu cleat, suatu tantangan tersendiri melewati jalur ini, menurun tajam penuh lumpur yang sangat licin. Berdinding tebing sebelah kiri dan jurang menganga disebelah kanan, terbayang sudah perasaan Keepsex menapaki jalur ini. Maklum, phobia ketinggian. Dengan bergandengan tangan kami berhasil melewatinya dengan selamat dan sukses...dan gemuruh curug Malela mulai terdengar.

Akhirnya sampailah ditepi sungai Cicurug dimana curug Malela berada sekitar 50m dihulunya. Subhanallah...dengan berdiri diatas batu yang memang pas berfungsi sebagai titik pandang, ternyata curug Malela jauh lebih indah dibanding dengan melihat foto2nya saja di internet..!!! Air terjun berdinding lebar yang hampir seluruhnya tertutup curahan air dari atas, membuatnya disebut sebagai mini Niagara. Dan sesuai dengan harapan, saat ini debit air sangat pas untuk dinikmati keindahannya. Tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar. Terbayar sudah rasa letih kurang tidur dinihari tadi. Maklum, kami semua hanya sempat tidur 2 jam bahkan kurang.
Sedikit informasi, berdasarkan peta topografi, sungai yang jatuh sebagai Curug Malela setinggi lebih kurang 50 m dan lebar mencapai 70 m, adalah Cicurug. Toponimi sungai yang sesuai dengan sifat sungai ini yang banyak mempunyai air terjun. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng dengan bekas kaldera raksasanya yang berdiameter hampir 15 km. Dari gunung api yang terletak di sebelah barat Ciwidey yang telah mati ini mengalir jaringan Sungai Cidadap. Cidadap mengalir ke arah barat laut melalui Kecamatan Gununghalu menggerus rangkaian batuan keras yang umumnya berciri produk letusan gunung api tua.
Aliran Cidadap setelah melewati utara Bunijaya, kemudian mengalir dengan pola rektangular, yaitu suatu pola aliran sungai yang berbelok-belok secara tajam, bahkan tegak lurus. Alirannya ke arah barat yang kemudian bernama Cicurug mulai memasuki relief sangat terjal di suatu dataran tinggi yang dulu dinamakan Plateau Rongga.
Suatu keniscayaan bagi sungai yang mengalir di atas plateau untuk kemudian pola alirannya terganggu oleh air terjun yang bertingkat-tingkat. Itulah yang terjadi pada aliran Cicurug. Selain Curug Malela yang terbesar, ke arah hilir terdapat beberapa tingkat air terjun yang dinamakan Curug Katumiri dan Curug Ngebul, sebelum sungai ini bermuara ke Cisokan.
Relief terjal Plateau Rongga memberikan medan terjal dengan lembah-lembah membentuk huruf V yang berkemiringan lebih dari 100% atau bersudut lebih dari 45 derajat. Itulah mengapa pengistilahan “dataran tinggi” menjadi kurang tepat karena jika kita menuju wilayah ini, kita akan menghadapi jalan yang turun naik berkelok-kelok. Di atas plateau ini ketika sungai-sungainya mengerosi daerah secara vertikal, lereng-lereng lembah selain menciptakan medan yang terbatas untuk dijelajahi, tapi dari sisi yang lain menciptakan lanskap yang memesona mata.
Beberapa puncak plateau mencapai ketinggian di atas 1.000 m di atas muka laut rata-rata membuat udara pada Plateau Rongga umumnya sejuk. Tata guna lahan adalah perkebunan dan hutan. Sejak zaman Belanda, wilayah ini diperuntukkan bagi perkebunan teh yang sekarang dikelola oleh PTP Nusantara VIII Montaya.
Batuan yang membuat relief menjadi terjal dan kasar itu adalah batu breksi dan konglomerat berumur Miosen Atas, kira-kira diendapkan pada lingkungan peralihan darat dan laut pada waktu 10 hingga 5 juta tahun yang lalu. Sumbernya diperkirakan beberapa gunung api purbakala di selatan Jawa Barat yang aktif pada masa itu. Jenis batuan ini yang di Curug Malela sendiri tampak berlapis-lapis, bersifat sangat keras. Kesan yang timbul dari kerasnya batuan dapat dilihat dari morfologi batuannya yang memperlihatkan dinding-dinding tegak yang licin. Itulah yang nampak pada dinding Curug Malela yang terlihat begitu kokoh dan anggun.
Keanggunan air terjun yang dalam foto kecepatan rendah memberikan kesan seperti benang-benang sutra halus, tidak dimungkiri telah menawan hati dan pandangan mata siapa yang datang mengunjunginya. Jika tidak keburu lapar, kita akan seharian duduk tanpa bosan-bosannya menyaksikan fenomena alam yang luar biasa ini
Selanjutnya, sesi foto sepuasnya..!!! Ada yang berdiri diatas batu besar, ada yang menyeberang ketengah sungai dengan susah payah dan kerjasama beberapa dari kami. Foto dengan berbagai gaya, termasuk berderet bertelanjang dada, candid sambil nyengir, mencoba2 kamera smartphone baru sexperia nya (hehehehe ok banggeuD cak..!!), dan yang paling fenomenal adalah foto duyung bercangcut putih dalam berbagai gaya...iiih .....
Setelah berpuas2 diri dengan berfoto ria maupun menikmati keindahan mini Niagara ini, kami kembali keatas. Hari sudah mulai mendung, dan benar saja diperjalan kembali itu kami kehujanan, meskipun tidak terlalu deras. Dan syukur Alhamdulillah, di shelter ditengah perjalanan, kang Asep sudah menyediakan makan siang dengan menu nasi timbel komplit plit....Dan semakin nikmat ditutup dengan segelas kopi panas yang dibeli di satu2nya warung yang ada disitu dan sebatang...
Selesai makan siang, kami berkemas kembali dan melanjutkan hiking menuju parking area dimana sepeda2 kami dititipkan. Sebatang lagi, langsung kami lanjutkan gowes untuk kembali ke basecamp. Dan tidak dapat dihindari lagi, lebih dari setengah perjalanan gowes kembali itu kami diterpa hujan sepanjang jalan. Udara dingin, track makadam dan lumpur licin kami lahap dengan semangat, sampai2 beberapa dari kami terjatuh ...uuugh... Daaaan....CJ nyasar lumayan jauh... teteeeuup... Bagaimana bisa? Karena rupa2nya marshal dan voridjeer serta yang tahu jalan sudah ngacir jauh didepan, menyisakan sekelompok tertinggal dibelakang. Dan sialnya lagi, CJ selalu berada diluar kelompok depan dan belakang.....ck..ck..ck..
Setelah finish di basecamp dan mencuci sepeda, bersih2, ngupi dan sebatang, hidangan makan sore pun tersedia, masih panas pulak....Langsung hajar sampai lemesh.... Dan dari hasil rembukan akhirnya disepakati untuk malam ini kembali ke Jakarta. Gagal deh melanjutkan gowes ke kawah putih dan setu patengan di Ciwidey sana...hiks...tapi ok lah akan diatur lain waktu.
Selepas jam 8 malam, kami pamitan ke Pak Iim dan keluarganya untuk kembali ke Jakarta. Dengan penuh rasa terima kasih kami kembali berkendara melalui jalur Rongga – Cimahi yang melelahkan karena buruknya kondisi jalan. Meninggalkan kenangan yang luar biasa atas keindahan dan keelokan curug Malela dan keluarga Pak Iim yang ramah.
Catatan khusus untuk DL, DS, EY, CJ, PJ, terbayar sudah hutang curug Malela tahun lalu yaaa...
Untuk detail track dan fotonya silakan dilihat di website everytrail disini

Selasa, 15 Februari 2011

Trek Curug Rahong


Selasa subuh 15 Feb 2011 kemarin, bertepatan dengan libur Maulid Nabi Muhammad SAW, saya bangun tidur diiringi oleh hujan. Udara dingin nan nyaman di pagi hari libur semacam itu membuat hasrat untuk menarik selimut lagi...... dan benar saja, saat cek status grup catalina, sapaan 'pagiiiii...gowes yuuuu...' dibalas dengan 'tarik selimut lagi yuuuuk...'

Setelah ritual pagi seperti biasa, saya keluar dan berdiri di teras memandangi rintik hujan yang masih turun meski tidak terlalu deras. Celingukan kiri kanan untuk melihat apakah ada tantangan gowes dari temen2 The Cat, apalagi jadwalnya ke Curug Rahong yang terletak di Rengasjajar, Cigudeg, Bogor. Sepi...... mungkin pada malas hujan-hujanan, pikir saya.

Pukul 7an, hape berdering dan terdengar suara Gatuso diseberang sana ngajak gowes. Setelah diskusi sesaat, diputuskan untuk gowes ke Aat saja. Lalu saya keluar rumah, dan ternyata sudah berkumpul beberapa rekan yang nekad gowes meski cuaca dingin gerimis, dan sepakat utk sarapan aja di Aat, mumpung kang Adel ultah mau traktir hehehe

Dengan perlengkapan dan bekal minimum, kami berangkat berdelapan, Henri, Abi, saya, Andika, Sisko, Gatuso, Ade, Yadi sekitar pukul 8 untuk sarapan di Aat. Henri langsung memimpin rombongan karena sudah laper katanya.....

Sekitar pukul 9.30, setelah kenyang dengan jamuan ultah kang Ade di Aat, makasih ya kang, kami bersiap2 kembali. 'Ah ga keringetan nih....' komentar Gatuso. Setelah berembuk sesaat, diputuskan untuk lanjut ke Curug Rahong, meskipun tidak ada persiapan sama sekali. Hanya Henri dan Yadi yang langsung pulang karena sepeda kurang fit dan ada acara lain.

Perjalanan dimulai dengan trek donat di jalur potongan dari Aat masuk ke Forestra di BSD. Pantes aja tidak ada satupun mahluk hidup lalu lalang di jalan potongan yang sehari-harinya ramai dilalui orang maupun kendaraan bermotor. Bonus awal ......hehehehe

Setelah menyusuri jalur mulus Forestra BSD yang berakhir di jalan raya Cisauk-Rumpin dekat stasiun KA Cisauk. Jalan raya Cisauk-Rumpin berupa jalan beton, tetapi rusak disana sini, patah-patah bahkan hancur luluh. Maklum, jalur truk2 tronton besar pengangkut pasir, batu dan material berat lainnya. Tetapi untungnya tidak terlalu ramai hari ini, mungkin karena hari libur merah.

Jalur Cisauk-Rumpin sejauh lebih kurang 15km itu lumayan nyaman digowes karena basah bekas hujan diselingi bubur lumpur. Padahal biasanya di hari panas, jalur itu sangat panas menyiksa ditambah debu jalanan yg luar biasa pekat. Maklum, yang ngangkat debunya truk2 bertonase mencapai 20ton hehehe

Di simpangan Warung sawah, kami ambil jalur lurus ke arah Lebakwangi, sedang yang ke kiri arah kecamatan Rumpin, yang bila diteruskan lagi akan sampai Putat Nutug, rute ke Bogor menyusuri sungai Cisadane. Akan diagendakan lain waktu

Sekitar 5km menyusuri jalur Lebakwangi, kami tiba di desa Rengasjajar. Lewat sedikit dari desa, kami belok kiri langsung mengarah ke Curug Rahong. Setelah berhenti sejenak di sungai yang berair jernih ditepi jalan untuk mencuci sepeda yg sudah berubah warna semua menjadi kecoklatan, kami lanjutkan perjalanan melalui bukit tambang batu, masuk tengah2 perkampungan kecil melalui gang2 sempit, membayar tiket masuk Rp 3.000,- per orang, lalu menyeberang jembatan dan masuk langsung jalur ke air terjun.

Jalur ke air terjun masuk ke dalam hutan lebat yang sejuk asri berupa single track menyusuri tepi sungai Rahong, disisi kiri tebing bukit dan disisi kanan langsung bibir jurang sungai berbatu. Diselingi oleh tangga2 naik turun bukit, membuat sebagian jalur sepanjang kurang lebih 1.5km itu terpaksa TTB alias tuntun bike. Sempat kami lihat beberapa orang sedang sibuk menebang pepohonan. Entahlah, apakah itu berizin atau penebangan liar.

Setelah semakin jauh masuk kedalam hutan, dalam keadaan lapar dan dahaga terasa tidak sampai2, hingga terpaksa berhenti dan berembuk apakah kita kembali saja. Tetapi karena sudah tanggung, dicoba untuk menaiki satu tanjakan lagi untuk memastikan apakah air terjunnya sudah dekat.

Dan benar saja, dari atas tanjakan sudah terdengar deru air terjun dan uap air yang berderai disepanjang jatuhan air. Langsung terasa bertambah tenaga dan semangat untuk mencapai air terjun. Akhirnya sampai juga kami di Curug Rahong....

Sungguh indah pemandangan air terjun yang jatuh sekitar 20m, dikepung oleh hutan yang masih perawan. Hilang sudah rasa lelah dan lapar melihat keindahan alam karunia Allah. Allahu Akbar.....Waktu menunjukkan pukul 12.30 siang

Tampak beberapa remaja SMP dan SMA asyik berfoto diatas bebatuan sungai, berenang, bahkan mendaki bukit batu disisi air terjun. Sebagian lagi bahkan loncat dari ketinggian sekitar 10m langsung kesungai....... byuuuurrr......

Langsung kami pasang aksi untuk sesi pemotretan. Sisko bahkan membawa (baca: memikul) sepeda kesayangannya sampai dekat sekali air terjun khusus untuk sesi foto. Crek....crek..... kami berfoto dengan berbagai gaya sampai puasss....termasuk yg baru keluar dari fitting room juga difoto lho....

Sambil beristirahat menikmati pemandangan, Dika menyempatkan diri mencuci pakaian dan Gatuso berenang sampai jauh ke hilir (lebay.com)....... sampai sun glassesnya hilang hanyut dibawa arus sungai yang lumayan besar.

Jam 14.00, sudah waktunya pulang. Dengan agak malas kami terpaksa meninggalkan Curug Rahong. Sesaat saya memuaskan diri memandang air terjun dan hutan disekitarnya karena entah kapan lagi saya bisa kesini, apalagi sambil gowes.

Di single track turun ke perkampungan, lebih banyak yang bisa digowes ketimbang waktu naiknya, meskipun mesti lebih berhati2 karena dalam keadaan lapar handling sepeda menjadi agak sulit. Tetapi lumayan juga, banyak drop off kecil yang memancing adrenalin. Alhamdulillah, kami tiba di perkampungan dengan selamat.

Selanjutnya kami kembali pulang dengan mengambil jalan yang tidak sama dengan arah berangkat. Kami belok kiri di daerah Batujajar, melewati danau mungil Situ Cimanceuri, melalui desa Dago. Jalan beraspal mulus dan relatif datar kami lampaui dengan cepat. Matahari sudah mulai menampakkan dirinya, udara mulai menghangat. Lalu lintas sangat jarang, hanya ada satu dua sepeda motor dan mobil pickup pengangkut hasil bumi.

Selepas sedikit turunan, tampak didepan kami bukit Cikuda menantang untuk ditaklukkan. Jalanan mulai menanjak dan jalan mulus berganti menjadi jalan aspal terkelupas disana sini. Gowesan mulai berat dan satu-satu kami mulai menurunkan gigi. Sisko, Ade dan Gatuso memimpin didepan. Abi, Dika dan saya kelompok belakang. Saya coba menahan gowesan supaya seirama dengan Abi dan DIka. Tapi karena laper, takut pingsan dijalan, terpaksa saya mendahului melibas tanjakan sepanjang lebih kurang 1.5km itu.

Matahari semakin terik, muka dan punggung terasa panas, sedang tanjakan belum lagi separohnya. Saya coba tetap konsentrasi dengan jalanan didepan. Ada yang teriak 'yoii sini.....', terlihat disisi kanan jalan Sisko, Ade dan Gatuso sedang membilas sepeda mereka yg penuh lumpur itu di sebuah genangan. Berpikir cepat, tanpa berhenti gowes saya putuskan terus lanjutkan sampai di puncak bukit. Saya hanya menjawab 'tanggung......' dan langsung teringat Boksan dengan cengkoknya yang khas.....hehehehe

Sisa separoh tanjakan dengan sedikit bonus makadam datar, saya lanjutkan gowesan dibawah terik matahari jam 2. Sisa seperempat tanjakan Sisko menyalip saya. Ruarrrr biasaaa. Memang hebat orang itu. Sudah sepantasnya menyandang gelar Badak Rahong...!!! Dan tampaknya lunas sudah hutang dia, karena saat survey ke Curug Rahong akhir tahun lalu bersama Iwan dan saya, dia TTB di jalur ini.

Sampai di puncak bukit Cikuda, tampak Sisko sedang beristirahat depan warung. Saya langsung merapat dan ambil minuman dingin. Segarnya......... Dan sejurus kemudian muncul Ade disusul Gatuso. Terakhir tampak Dika dan Abi muncul dari balik tanjakan, lengkap dengan muka lesu dan keringat tak berkesudahan. Ayo minum...... rehidrasi. Dan disini kami sekalian makan siang di warung teteh. Menunya indomie telur baso plus nasi. Ya lumayanlah untuk mengisi perut yg sudah keroncongan dari Curug Rahong.

Setelah lumayan perut tenang dan sebatang dua rokok 234 yang sudah berubah warna (hehehhee), kami bersiap lanjutkan perjalanan kembali. Periksa kelengkapan, handphone, dompet (duit dah mepet banget tuh ;), baru ketahuan sepatu Ade terbelah..... entah karena pedalnya yang tajam atau kakinya yang sekuat kuda.

Waktu menunjukkan pukul 16 lewat sedikit. Jalanan mulai menurun, campuran antara aspal terkelupas dan makadam. Baru terasa nikmatnya sepeda fullsus....nyamaaaan. Dengan sedikit selingan tanjakan, kami akhirnya memasuki jalan aspal hotmix mulus. Wah, sudah mulai memasuki daerah Parungpanjang nih. Sisko, Gatuso dan Ade mulai menambah kecepatan dan menjadi kelompok depan. Saya Abi dan Dika menyusul agak jauh dibelakang.

Selepas pertigaan Parungpanjang, kami mulai masuk jalur truk lagi, dan jalanan kembali berupa jalan beton dengan kondisi patah disana sini dan remuk dibeberapa bagian.

Setelah sekitar setengah jam bersaing dengan asap knalpot dan debu yang menyesakkan, akhirnya sampai di tikungan jalan Pagedangan raya dan kami belok kanan. Setelah regrouping selesai, kami lanjutkan sisa perjalanan yang tinggal sedikit lagi dengan kecepatan masing2 sesuai dengan sisa tenaga yang ada. Dan tidak lupa, menjelang Catalina kami cuci dulu sepeda yang sudah tidak karuan warnanya itu di bengkel cuci. Yang paling penting, membersihkan rantai dan cassette dari pasir debu yang menempel yang membuat bunyi mendecit sepanjang jalan. Untunglah tidak sampai membuat rantai putus.

Dan pas jam 18 tibalah kami di Catalina dengan selamat, Alhamdulillah, dan disambut oleh teman2 yang tidak ikut. Langsung dihujani dengan pertanyaan2 bagaimana perjalanan ke Curug Rahong hari itu yang menempuh jarak pulang pergi total 60km, dan ditimpali oleh jawaban2 yang tidak kalah serunya. Selepas azan Magrib kami kembali kerumah masing2 untuk shalat dan beristirahat.

Peta lokasi Curug Rahong

Foto selengkapnya


Bagi yang ingin mencoba trek combo MTB dan hiking ini, agar diperhatikan beberapa hal berikut:
  1. Jalur utama (jalan raya) menuju Rahong merupakan jalur truk besar pengangkut material penuh debu disaat panas. Agar membawa masker dan pelumas rantai untuk menghindari penumpukan debu dan pasir yang masuk ke crank maupun cassette saat hujan. Melalui jalan offroad akan menjadi pilihan yang jauh lebih baik
  2. Membawa bekal minuman dan makanan untuk dinikmati di air terjun, karena hanya ada 1 warung dan itupun kurang memadai. Asal jangan lupa, sampahnya dibawa turun lagi ya, karena belum ada pengelolaan dari pemerintah daerah maupun warga sekitar untuk menjaga kebersihan kawasan curug
  3. Membawa ganti pakaian dan kamera yang memadai
  4. Pergunakan sepatu yang nyaman juga untuk hiking
  5. Sepeda MTB yang gotong-able lebih direkomendasikan dipergunakan di jalur ini

Kamis, 20 Mei 2010

CBC Hill Park, Launching



Cihuni Bike Community, komunitas pesepeda gunung (mountain bike) daerah Cihuni, Tangerang Banten, yg lebih dikenal dgn CBC, telah launching track baru pada tanggal 15 Mei 2010. Track ini, yang terletak di sebuah bukit di desa Cijantra, disebut CBC Hill Park. Orang sekitar menyebut bukit tersebut dengan Gunung Batu. Sebelumnya para goweser menyebut track ini dengan sebutan track Cihuni hill 1. Hanya saja sekarang telah dimodifikasi dan dikembangkan menjadi lebih menantang.




Saya, bersama teman-teman dari The Cat, menjajal jalur yang 'masih basah' itu pada keesokan harinya. Dan memang, demikian 'masih basah' nya track tersebut sehingga diperlukan pemasangan police line untuk menjaga agar para goweser tidak tersasar ataupun 'nyungsep' ke kebun sebelah.


Track ini sangat menantang, karena dengan total lintasan yang hanya sekitar 3.3km tetapi cukup menguras stamina dan mental. Hal itu disebabkan oleh sekitar 80% dari setengah lintasan pertama terdiri atas tanjakan dan turunan yang saling bersambung tanpa ada jalur landai. Ditambah pula oleh jalur roller coaster, yang meskipun tidak setinggi di JPG tetapi cukup menguji mental, terutama untuk nubie. Bahkan salah satu rekan kami yang kampiun pun sampai mengalami jatuh sebanyak 3 kali sepanjang track tersebut...!!!

Sedangkan setengah lintasan sisanya terdiri atas 70% jalur kondangan.


Didalam track baru ini masih ada jalur menanjak yang berlumut licin karena terletak dibawah kerimbunan tumbuhan yang cukup lebat. Hampir mustahil dapat gowes dibagian itu.


Untuk sarana tempat makan dan minum sudah ada di tempat masuk dan keluar dengan menu khas lokal, yaitu nasi uduk dan kelengkapannya, serta teh jahe anget. Bagi penggemar bubur ayam, boleh mencoba menu favorit bubur ayam di WarMet (Warung Metta), maknyuuus......


Dilengkapi juga dengan parkir sepeda yang cukup luas dan WC. Sedangkan untuk menuju warung AAT, masih sekitar 8km arah timur dan apabila masih cukup stamina bisa melewati Cihuni hill 2.



Bagi yang ingin mencoba track dengan tingkat kesulitan medium, silakan mencobanya.....


Peta Map rute track CBC Hill Park klik disini

Video masuk track http://www.youtube.com/watch?v=Om0ZiB8uu-k
Video roller coaster http://www.youtube.com/watch?v=Vgm6BXvECXc
Video bagian lain http://www.youtube.com/watch?v=1dH7ySc7g8A
Video bagian lain lagi http://www.youtube.com/watch?v=wu43PMnFT2s

Untuk team CBC, selamat atas track barunya..... bravo.....

Kamis, 06 Mei 2010

REGISTER
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!